Kabar Oleh M Aji Surya *copys news of Republika
IA MASIH MENITIS DARAH PARA SAHABAT NABI YANG
PERTAMA - TAMA DATANG KE DERBENT
Sungguh, awalnya Saya tidak tahu. Tidak juga mengira. Pria berpengarai halus ini senantiasa menyertai dalam beberapa kunjungan, termasuk saat berziarah ke makam para sahabat Nabi Muhammad SAW di Derbent, kota tempat pertama kali Islam datang ke Rusia. Lelai itu tidak lupa selalu memimpin doa dan menjadi imam shalat. Ia pun menerangkan berbagai hal yang saya tanyakan. Bertutur sapa secara santun dan tidak pernah tinggi hati.
Perawakan besar, tegap, dan tinggi. Menurut perkiraan beliau, pria ini setidaknya memiliki 190 cm. Bayangkan saja, tinggi beliau ( M Aji Surya ) yang 160 cm saja tidak sampai pundaknya. Berwajah agak ovel dan kulit sedikit kemerahan. Jenggot lebat menempel di dagunya yang lebar. Hidungnya besar dan pipi yang sedikit gembung.
Lengannya terlihat kokoh dan berbulu. Jalannya tegap dan langkah - langkahnya lebar. Pria ini sungguh sangat gagah. beratnya pasti di atas 100 kg. Dari semua itu, rasanya agak sulit untuk mengatakan bahwa darah yang mengalir dala dirinya berasal dari Rusia semata.
Jika ditinjau dari pakaiannya, sangat jelas bahwa ia berasal dari wilayah Dagestan. Kopiahnya yang berwarna keabu - abuan menjulang ke atas, menunjukkan bahwa dia bukan sembarang orang. Sebab kopiah orang umum di sana berwarna hijau dengan garis putih di pinggirnya.
Badannya yang di balut dengan jas warna setengah gelap nan serasi. Sebuah syal warna abu - abu putih lekat di lehernya. Sedangkan coat hitam gelap menggenapi pakaian musim dingin. Kemanapun mereka pergi, orang sekitar selalu menaruh rasa hormat kepadanya.
Dan, ketika bicara tentang Islam di Derbent, orang - orang di sana lebih mempersilakan pria berkumis itu untuk menerangkannya. Sorot matanya yang tajam dan suara baritonnya membuat para pendengar sontak menyimak tanpa lelah.
"Islam datang kemari sekitar 632 Masehi, atau abad ketujuh. Wilayah ini sempat dikuasai ratusan tahun oleh tentara Islam dari Arab, lalu berpindah - pindah tangan ke suku Mongol, Turki, dan lainnya. Kami semua sangat bangga menjadi orang Islam, apalagi masih memiliki masjid tertua ini" ujarnya selesai menjadi imam shalat Isya.
Ia sempat menerangkan bahwa saat masa komunis merajai, syiar Islam menjadi redup. Masjid dan sekolah tidak dapat berfungsi. Buku - buku agama dienyahkan. Walaupun begitu, dakwah Islam tetap bisa dilakukan di dalam rumah oleh keluarga masing - masing. Selain itu, tarekat yang telah mendarah daging di masyarakat menjadi pilar ampuh ketahanan iman masyarakat.
Terdengar bisikan ke telinga Beliau ( M Aji Surya ) dari beberapa orang setempat bahwa pria yang menempel Beliau tadi tidak lain cicit atau keturunan Nabi Muhammad SAW.
Dalam dirinya diyakini masih mengalir darah dari Rasulullah. Bahkan ketika Beliau mengonfirmasikan ke sejumlah orang, tidak ada yang menyangkal.
Beliau menjadi termangu - mangu. Benarkah Ia bertemu seorang keturunan Nabi Muhammad di Rusia ini? Dari jauh, Ia coba lihat perawakannya yang bongsor, sorot matanya yang tajam, kulitnya yang sedikit kemerahan, dan hidungnya yang relatif besar. Lalu, sejak pertemuan pertama, ia selalu berlaku sangat sopan dan kelihatan rasa keikhlasannya.
"Bukankah seperti itu juga cerita tentang Nabi Muhammad dalam buku - buku sejarah yang pernah ku baca?" hati ini terus bertanya. Terus terang saja, Saya sering mendengar dari banyak orang Arab yang mengaku keturunan Nabi, namun sangat sulit mencari kebenarannya.
Ada juga beberapa oknum orang Arab yang mengaku keturunan Nabi datang ke Tanah Air lalu mengibuli wanita - wanita kita. Begitu dia puas, lalu lari dan pergi entah ke mana. Tanpa berpresentasi apa pun, akhirnya Saya tidak mampu menyembunyikan rasa keingintahuan dalam diri.
Ketika waktunya Saya anggap tepat, segera saya sembangi pria santun dan berwajah ikhlas ini. Dengan penuh tata krama, Saya pun menanyakan, apakah dalam dirinya masih mengalir darah Rasulullah yang sangat Saya hormati itu.
Ia menatap sesaat. Wajahnya yang agak oval itu tidak menunjukan perubahan apa pun. Ia tidak terlihat gembira, tersinggung, ataupun marah. Mungkin pertanyaan seperti itu sudah sering dilontarkan sehingga ia dengan cekatan menyikapinya. Pria ini hanya menepuk - nepuk bahu Saya yang sangat pendek dibandingkan dirinya.
"So, apakah Saudara juga merasa sebagai keturunan Rasululah. Kalau iya, bagaimana ini semua bisa diterangkan?" Saya kembali tak sabar meminta penegasan.
"Bagi saya, itu semua tidak terlalu penting. Saya pun tidak pernah menanyakan kepada siapa pun. justru, orang - orang di sini yang menunjukkan pohon keturunan Saya, orang tua Saya hingga Nabi Muhammad. Menurut mereka, Saya masih menitis darah para Sahabat nabi yang pertama - tam datang ke Derbent. Para sahabat itulah yang memiliki hubungan darah lebih dekat kepada Rasulullah," ujarnya.
"Hmmmmm," Saya encoba mencerna dan memahaminya. "Sekali lagi, jangan menjadikan pikiran. Yang lebih penting dari itu, kita bersaudara. Marilah kita bersama - sama berbuat kebajikan," tambahnya sambil menjabat erat tangan saya.
Sesaat, bola mata Saya tidak bergerak menatap pria santun itu. Sedangkan pikiran sya sontak malayang - layang ke angkasa menyusuri beberapa abad, antara Debent, Madinah, dan Makkah. Terima kasih Tuhan, aku telah Engkau temukan hati di Rusia ini, siapa pun dia.
3 komentar:
Subhanallah selamat y... Kapan sy bisa ketemu beliau y///
Semoga saya bisa bertemu denganya
Subhanallah. Semoga aku bisa bertemu dengan cicit rosulullah.
Posting Komentar